1.
Kafe khusus kucing hitam
Merdeka.com
- Akhir-akhir ini, beberapa kafe kucing dibuka di beberapa negara,
terutama Jepang. Pecinta kucing pun bisa menghabiskan waktu mereka dengan
bermain bersama kucing hitam yang dipelihara di kafe tersebut.
Menariknya, di kafe ini, pelanggan hanya akan menemukan kucing berwarna hitam. Kafe yang berlokasi di kota Himeji di Prefektur Hyogo, Jepang, ini pun menjadi satu-satunya kafe kucing hitam pertama di dunia.
Menariknya, di kafe ini, pelanggan hanya akan menemukan kucing berwarna hitam. Kafe yang berlokasi di kota Himeji di Prefektur Hyogo, Jepang, ini pun menjadi satu-satunya kafe kucing hitam pertama di dunia.
Menurut
situs RocketNews24, kafe bernama Cat Cafe Nekobayaka ini berusaha mengangkat
popularitas kucing hitam yang seringkali ditakuti atau bahkan dijauhi karena
dianggap memiliki aura mistis dan membawa kesialan.
Mereka
yang tertarik untuk mengunjungi kafe unik ini hanya perlu merogoh kocek 1.000
yen (Rp 115.483) untuk setengah jam pertama dan 500 yen (Rp 57.741) untuk
setiap setengah jam waktu tambahan. Minuman ringan yang disajikan di kafe ini
dibanderol 500 yen per gelas, sementara untuk minuman beralkohol dijual 600 yen
(Rp 69.289). Tertarik untuk berkunjung ke sini?
2.
Tashirojima, pulau kucing di Ishinomaki, Prefektur Miyagi, Jepang.
Merdeka.com
- Pulau kucing yang resmi disebut Tashirojima ini merupakan sebuah pulau
kecil yang berada di Ishinomaki, Prefektur Miyagi, Jepang.
Pulau ini dikenal luas sebagai Cat Island karena jumlah populasi kucing liar yang tumbuh subur di Tashirojima. Hal ini sebagai akibat dari kepercayaan lokal yang mengatakan bahwa memberi makan kucing akan membawa kekayaan dan keberuntungan. Oleh karenanya, populasi kucing di pulau ini meledak hingga melebihi jumlah penduduk yang tinggal di pulau tersebut.
Ada sekitar 100 penduduk yang tinggal di Pulau Kucing, dan kebanyakan dari mereka sudah berusia lebih dari 70 tahun. Di sini hanya ada satu orang yang berusia 37 tahun, dan sisanya telah berumur lebih dari 60 tahun.
Dengan lebih dari 50% populasi manusia yang berusia lebih dari 65 tahun, kelangsungan hidup pulau ini sedang terancam. Bisa jadi, suatu hari pulau ini hanya akan dihuni oleh kawanan kucing liar yang terus beranak pinak.
Tradisi memelihara kucing rupanya telah dilakukan oleh penduduk pulau tersebut sejak zaman Edo. Pada awalnya, penduduk melatih kucing-kuncing itu untuk menekan perkembangan jumlah tikus. Seiring dengan berjalannya waktu, para penduduk yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan itu rupanya menjadi sangat menyukai kucing dan senang hidup berdampingan dengan mereka.
Pulau ini dikenal luas sebagai Cat Island karena jumlah populasi kucing liar yang tumbuh subur di Tashirojima. Hal ini sebagai akibat dari kepercayaan lokal yang mengatakan bahwa memberi makan kucing akan membawa kekayaan dan keberuntungan. Oleh karenanya, populasi kucing di pulau ini meledak hingga melebihi jumlah penduduk yang tinggal di pulau tersebut.
Ada sekitar 100 penduduk yang tinggal di Pulau Kucing, dan kebanyakan dari mereka sudah berusia lebih dari 70 tahun. Di sini hanya ada satu orang yang berusia 37 tahun, dan sisanya telah berumur lebih dari 60 tahun.
Dengan lebih dari 50% populasi manusia yang berusia lebih dari 65 tahun, kelangsungan hidup pulau ini sedang terancam. Bisa jadi, suatu hari pulau ini hanya akan dihuni oleh kawanan kucing liar yang terus beranak pinak.
Tradisi memelihara kucing rupanya telah dilakukan oleh penduduk pulau tersebut sejak zaman Edo. Pada awalnya, penduduk melatih kucing-kuncing itu untuk menekan perkembangan jumlah tikus. Seiring dengan berjalannya waktu, para penduduk yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan itu rupanya menjadi sangat menyukai kucing dan senang hidup berdampingan dengan mereka.
3.
Houtong, situs pertambangan yang jadi kota kucing
Merdeka.com
- Houtong adalah sebuah kota pertambangan kecil yang terletak di Distrik
Rueifang, Taiwan. Di sini, wisatawan dapat menemukan jalur kereta api kuno
Yilan yang dibangun pada masa penjajahan Jepang yang dioperasikan untuk
mengangkut pasokan barang dari Taiwan utara.
Ketika
industri pertambangan batu bara mulai jatuh pada tahun 1990, pembangunan di
Houtong ikut terpuruk. Penduduk yang berusia muda mulai pindah ke luar kota
untuk mencari peluang kerja lainnya, dan hanya beberapa ratus penduduk yang
memutuskan untuk tetap tinggal di sini. Keterpurukan itu rupanya berlangsung
selama beberapa dekade berikutnya.
Pengunjung blog lokal tersebut berhasil menarik pecinta kucing untuk mendatangi Houtong untuk memotret, membelai dan bermain-main dengan hewan berbulu lembut itu. Dalam waktu singkat, Houtong menjadi destinasi wisata bagi para pecinta kucing dan fotografer amatir. Kini, kota pertambangan itu dihuni sekitar 100 ekor kucing yang berkeliaran bebas di jalanan. Sebagaimana dilansir amusingplanet, selama akhir pekan, ribuan wisatawan selalu memadati kota Houtong. Mereka bahkan tampak antusias saat berburu gambar hewan lucu tersebut dan bermain bersama mereka di jalan-jalan kota.
4.
Kafe kucing pertama di Wina
Merdeka.com
-
Cafe
Neko (Neko berarti kucing dalam bahasa Jepang) dibuka pada awal bulan ini di
pusat kota Wina, seperti yang dilansir di Telegraph. Pelanggan dapat
berinteraksi dengan lima kucing yang menjadi penghuni kafe tersebut, yakni
Sonja, Thomas, Moritz, Luca dan Momo. Kelima kucing tersebut berasal dari
penampungan hewan.
Kini
mereka bebas berkeliaran di kafe dan tidur siang. Kafe ini dibuka oleh seorang
penduduk Wina, Takako Ishimitsu, yang dulunya berasal dari Nagoya, Jepang.
Wanita berusia 47 tahun ini pindah ke Wina sekitar 20 tahun yang lalu. Ia harus
menghabiskan waktu tiga tahun untuk bernegosiasi dengan pejabat kota atas
kebersihan kafenya. Hal itu ia lakukan agar ia mendapatkan izin untuk membuka
kafenya.
Takako
memutuskan untuk membuka sebuah kafe kucing supaya bisa memperkenalkan beberapa
aspek budaya Jepang ke Wina. "Saya memiliki berbagai ide untuk menampilkan
konsep Jepang yang tidak diketahui orang Austria. Proyek kafe kucing adalah
yang paling sulit untuk diwujudkan. Pada saat yang sama, saya juga bisa
melakukan sesuatu yang baik untuk penampungan hewan di Wina. Sebuah penampungan
hewan yang telah saya dukung selama bertahun-tahun," kata pemilik kafe
kucing, Takako Ishimitsu.
"50
kursi di kafe saya langsung ludes dipenuhi turis asing dan penduduk
setempat," tambahnya.
"Anehnya,
lebih dari 99 % memberikan reaksi yang positif. Salah satu tujuan saya adalah
untuk memberikan sedikit kebahagiaan kepada orang yang tidak dapat memiliki
kucing sendiri, karena pekerjaan mereka atau anggota keluarga yang menderita
alergi," tandas Takako.
Ide
unik ini memberi dampak positif bagi pemeliharaan kucing-kucing di penampungan.
Apalagi kafe kucing memang baru pertama kali dibuka di Wina.
5.
Museum kucing di Amsterdam
Merdeka.com
- Museum kecil ini bertempat di rumah seorang bangsawan tua di Herengracht
di Amsterdam, di daerah di mana bank-bank dan kantor pengacara top berdiri saat
ini. Didirikan pada tahun 1990 oleh William Meijer, seorang pengusaha kaya asal
Belanda, yang ingin mempertahankan memori tentang kucing kesayangannya yang
bernama Tom. The Cat Cabinet menampilkan patung, lukisan, poster dan buku
tentang kucing.
0 komentar:
Posting Komentar